News Ticker

Menu

Search This Blog

Powered by Blogger.

About Me

My photo
Komunitas kreatif yang bergerak di bidang riset, jurnalisme, desain, dan komunikasi marketing. Integritas dan profesionalisme kami bisa dilihat pada topik dan cara penyajiannya pada situs-situs atau blog yang kami kelola. Sesimple itulah kami.

Browsing "Older Posts"

Lokapaksa Desa Kucinta

Tuesday, March 30, 2010 / No Comments

DESAKU YANG KUCINTA

Desaku yang kucinta
Pujaan hatiku
Tempat ayah dan bunda
Dan handai tolanku
Tak mudah kulupakan
Tak mudah bercerai
Selalu kurindukan
Desaku yang permai

Ketika Lagu ini terngiang di telingaku, hatiku rindu pada kampung halamanku, pengen segera kembali berkumpul bersama keluargaku tercinta dan sahabat-sahabat kecilku yang kini nun jauh disana.
Desaku Desa Lokapaksa, tempatku berpijak menggantungkan hidup, aku bangga pada desaku dengan segala kekurangan dan kebihan yang ada di desaku.Tulisan ini aku persembahkan untuk saudara-saudaraku warga desa lokapaksa dimanapun berada, baik yang kini mengabdi untuk negri di berbagai belahan bumi ini.

2.1 Luas Wilayah dan Letak Geografis Desa Lokapaksa
Melihat luas wilayah Desa Lokapaksa yang sangat luas jika dibandingkan desa-desa yang ada di Kecamatan Seririt, yakni : 28, 84 KM2, sudah tentu juga di ikuti dengan potensi jumlah penduduk mencapai 10.245 jiwa (data BPS Kabupaten Buleleng - Kabupaten Buleleng Dalam Angka 2009).

Secara Geografis batasan Wilayah Desa Lokapaksa adalah sebagai Berikut :
Sebelah Barat : Desa Umeanyar dan Desa Pangkung Paruk
Sebelah Barat Laut : Desa Umeanyar, Laut Bali
Sebelah Utara : Laut Bali
Sebelah Timur Laut : Desa Pengastulan
Sebelah Timur : Kelurahan seririt, Desa Patemon
Sebelah Tenggara : Desa Ringdikit
Sebelah Selatan : Desa Ularan
Sebelah Barat Daya:Desa Unggahan dan Kawasan Hutan Bali Barat.
Kini Kepala desa Lokapaksa Bernama : I Gusti Made Kusumayasa. Desa lokapaksa dengan wilayah yang luas, secara administrasi desa lokapaksa dibagi menjadi 9 (sembilan) Banjar Dinas Diantaranya :

Daftar Banjar Dinas Di Desa Lokapaksa
1. Banjar Dinas Bukit Sakti 6. Banjar Dinas Pamesan
2. Banjar Dinas Jero Agung 7. Banjar Dinas Tengah
3. Banjar Dinas Sorga Mekar 8. Banjar Dinas Gunung Ina
4. Banjar Dinas Sorga 9. Banjar Dinas Carik Agung
5. Banjar Dinas Kembang Sari


2.2 Topografi dan Keadaan Tanah Desa Lokapaksa
Ditinjau dari segi topografi, desa lokapaksa merupakan desa dengan topografi Landai dari sisi utara, menuju pusat desa dan terdiri dari daerah berbukit-bukit mulai dari ketinggian 7 – 300 M dpl pada sisi selatan sampai sisi barat desa lokapaksa. Desa Lokapaksa jika kita tinjau dari karakteristik pertanian dan topografi wilayahnya maka dapat di bagi menjadi 3 (tiga) bagian wilayah, yakni :
  1. Wilayah Desa Lokapaksa Bagian Atas/bagian Pegunungan yakni : daerah yang berbatasan dengan wilayah hutan bali barat.
  2. Wilayah Desa Lokapaksa bagian tengah merupakan wilayah dengan tanaman perkebunan dan palawija.
  3. Wilayah Desa Lokapaksa bagian bawah merupakan wilayah persawahan dengan tanaman padi palawija, dan perkebunan anggur.
Ditinjau dari segi Keadaan Tanah, desa lokapaksa adalah sebagai berikut :
Tabel Kondisi Tanah
Tingkat Kesuburan Tanah
:
Sedang
Struktur Tanah
:
Tanah Liat Berpasir
PH Tanah
:
4 – 6,5
Kemiringan Tanah
:
Datar, Landai, Kemiringan 45o
Keadaan bahan Organik
:
Sedang

2.3 Iklim Desa Lokapaksa
Ditinjau dari segi Iklim, Menurut Smith dan Perguson Desa Lokapaksa merupakan desa dengan Iklim Tipe D (Iklim Kering), dengan 5 (lima) Bulan Basah yaitu dari bulan Nopember sampai dengan bulan Maret, dan 7 Bulan Musim Kering yaitu dari bulan April sampai dengan Oktober. 

2.4 Potensi Wilayah dan Potensi Penduduk Desa Lokapaksa
Ditinjau dari segi Potensi Wilayah dan potensi Penduduk, desa lokapaksa dengan luas wilayah 28,84 KM2, dengan potensi jumlah penduduk mencapai 10.245 jiwa. Adapun potensi wilayah dan potensi penduduk desa lokapaksa dapat dijelaskan sebagai berikut :


2.4.1 Luas Lahan Menurut Penggunaannya
Luas Lahan Menurut Penggunaannya
PKR (Ha)
Tegalan (Ha)
Sawah (Ha)
Hutan Lindung (Ha)
Lahan Kritis (Ha)
Lain Lain (Ha)
45
712
236
1.452
250
60
2.4.2 Mata Pencaharian Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan
Mata Pencaharian Penduduk
T. Pangan
T. Ternak
T. Perkebunan
T. Ikan
Dagang
Industri
45
712
236
60
1.452
250
2.4.3 Luas Lahan Sawah Dan Bangunan Pada Daerah Irigasi Yang Dikelola Oleh PU Dirinci Menurut Jaringan Irigasi
Luas Sawah & Bangunan Irigasi PU
Jaringan Semi Teknis (Ha)
Luas Baku (Ha)
Fungsi Irigasi (Ha)
Keterangan
150
150
150
-
2.4.4 Luas Lahan Sawah Dan Bangunan Pada Daerah Irigasi Yang NON PU Dirinci Menurut Jaringan Irigasi
Luas Sawah & Bangunan Irigasi NON PU
Luas Baku (Ha)
Fungsional (Ha)
Keterangan
150
150
-
2.4.5 Luas Rata-rata Garapan
Luas Rata-rata Garapan
Luas Rata-rata (Ha) Jml. Anggota (Orang) Masuk KUD (Orang) Pemilik (Orang) Penggarap (Orang) Buruh (Orang)
0,86 1.587 235 372 501 687
2.4.6 Luas Tanam, Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah
Luas Tanam, Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah
Luas Tanam (Ha)
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Rata-rata Produksi (Ton)
10
10
51
5,10
2.4.7 Produksi Tanaman Buah-buahan
Jenis Tanaman
Mangga (Ton)
Anggur (Ha)
Durian (Ton)
Pisang (Ton)
Rambutan (Ton)
Lain-lain (Ton)
68,15
21,04
-
876,60
117,91
49,12
2.4.8 Luas Hutan dan Jenis Hutan
Luas Hutan (Ha)
Jenis Hutan
Hutan Lindung (Ha)
Hutan Produksi (Ha)
Hutan Wisata (Ha)
Terbatas
Tetap
500
500
-
-
-
2.4.9 Populasi Ternak
Populasi Ternak
Sapi (Ekor)
Babi (Ekor)
Kambing (Ekor)
Kerbau (Ekor)
Kuda (Ekor)
Unggas (Ekor)
Ternak Lainya (Ekor)
187
896
163
20
-
2.400
180
2.4.10 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk
Luas Area (KM2)
Jumlah Penduduk
Tahun 2007
Tahun 2008
Laki (Orang)
Prmp. (Orang)
Jumlah (Orang)
Laki (Orang)
Prmp. (Orang)
Jumlah (Orang)
28,84
5.148
5.009
10.157
5.191
5.054
10.245
2.4.11 Mata Pencaharian Penduduk Menurut Lapangan Usaha.
Mata Pencaharian
Pertanian Pangan (Orang)
Peternakan (Orang)
Perikanan (Orang)
Perkebunan (Orang)
Perdagangan (Orang)
Industri (Orang)
51
10
-
1.543
67
54
2.4.12 Subak, Kelompok Ternak Di Wilayah Desa Lokapaksa
Nama Subak/Kelompok Ternak
Subak Uma Desa (Ha) Subak Tegal Intaran (Ha) Subak Lebah Semawa (Ha) Subak Abian Bila Sari (Ha) Kelompok Ternak Pucak Manik (Ekor)
96 13 25 712 31
2.4.13 Tanaman Pangan Di Desa Lokapaksa
Jenis Tanaman Pangan
Jagung (Ha) Kacang Tanah (Ha) Kedele (Ha) Ubi-ubian (Ha)
250 200 200 110

Sapi Bali Flasma Nutfah Asli Indonesia

Sunday, March 21, 2010 / No Comments
Pejantan Sapi Bali

Pulau Bali dengan segala keunikannya, kecantikan dan keindahan alam bali serta keramah tamahan penduduk bali, dengan menyandang berbagai julukan seperti : Pulau Dewata, Pulau Seribu Pura, Morning of The World, Paradise Island, dan lain sebagainya merupakan wujud nyata dari indahnya alam bali dengan adat istiadat serta kebudayaan bali.

Di bali dengan segala keindahan pulau bali terkandung kekayaan alam khas bali seperti : Burung jalak Bali yang berhabitat di hutan Bali barat, Anjing Kintamani, Harimau Bali yang telah dinyatakan punah sejak tahun 1991 dan Sapi bali Sebagai Salah Satu Flasma Nutfah  Asli Indonesia yang Ada di Pulau Bali.

SAPI BALI

Dinamakan Sapi bali karena Memang penyebaran populasi jenis sapi ini terdapat di pulau bali. Sapi Bali (Bos sondaicus) adalah merupakan salah satu bangsa sapi asli dan murni Indonesia, yang merupakan keturunan asli banteng (Bibos banteng) dan telah mengalami proses domestikasi yang terjadi sebelum 3.500 SM, dimana Sapi Bali asli mempunyai bentuk dan karakteristik sama dengan banteng. Hingga kini dalam bahasa bali Alus Nama Sapi Bali disebut "BANTENG" (*dalam Bahasa Bali ALUS) Oleh Orang-orang Bali.

Sapi Bali dikenal juga dengan nama Balinese cow yang kadang-kadang disebut juga dengan nama Bibos javanicus, meskipun sapi Bali bukan satu subgenus dengan bangsa sapi Bos taurus atau Bos indicus. Berdasarkan hubungan silsilah famili Bovidae, kedudukan sapi Bali diklasifikasikan ke dalam subgenus Bibovine tetapi masih termasuk genus bos.
Dilihat dari sejarahnya, Sapi merupakan hewan ternak yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat petani di Bali. Sapi Bali sudah dipelihara secara turun menurun oleh masyarakat petani Bali sejak zaman dahulu. Petani memeliharanya untuk membajak sawah dan tegalan, serta menghasilkan pupuk kandang yang berguna untuk mengembalikan kesuburan tanah pertanian.
Dalam perayaan agama Hindu, sapi dipakai dalam upacara “butha yadnya” sebagai caru, yaitu hewan korban yang mengandung makna pembersihan.

Sapi Gerumbungan

Selain itu, Sapi Bali juga dipakai dalam kegiatan Kebudayaan seperti acara ”Sapi Gerumbungan” yakni lomba adu sapi di kabupaten buleleng.

Lembu Petulangan pada upacara Ngaben

Pada upacara ”Pitra Yadnya” "Ngaben" Sapi dipakai sebagai sarana pengantar roh, yang kebanyakan orang bali menyebut sebagai "Lebu Petulangan".

Dewa Siwa dan Lembu Nandhini

Berdasarkan kepercayaan agama hindu, sapi merupakan hewan yang disucikan. Sapi dengan wujud "Lembu Nandhini" merupakan kedaraan Dewa Siwa.

CIRI FISIK SAPI BALI

Perbadaan Sapi Bali Jantan dengan Betina

Secara fisik, sapi Bali mudah dikenali karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
  1. Warna bulunya pada badannya akan berubah sesuai usia dan jenis kelaminnya, sehingga termasuk hewan dimoprhism-sex. Pada saat masih “pedet”, bulu badannya berwarna sawo matang sampai kemerahan, setelah dewasa Sapi Bali jantan berwarna lebih gelap bila dibandingkan dengan sapi Bali betina. Warna bulu sapi Bali jantan biasanya berubah dari merah bata menjadi coklat tua atau hitam setelah sapi itu mencapai dewasa kelamin sejak umur 1,5 tahun dan menjadi hitam mulus pada umur 3 tahun. Warna hitam dapat berubah menjadi coklat tua atau merah bata apabila sapi itu dikebiri, yang disebabkan pengaruh hormon testosterone.
  2. Kaki di bawah persendian karpal dan tarsal berwarna putih. Kulit berwarna putih juga ditemukan pada bagian pantatnya dan pada paha bagian dalam kulit berwarna putih tersebut berbentuk oval (white mirror). Warna bulu putih juga dijumpai pada bibir atas/bawah, ujung ekor dan tepi daun telinga. Kadang-kadang bulu putih terdapat di antara bulu yang coklat (merupakan bintik-bintik putih) yang merupakan kekecualian atau penyimpangan ditemukan sekitar kurang dari 1% . Bulu sapi Bali dapat dikatakan bagus (halus) pendek-pendek dan mengkilap.
  3. Ukuran badan berukuran sedang dan bentuk badan memanjang.
  4. Badan padat dengan dada yang dalam.
  5. Tidak berpunuk dan seolah tidak bergelambir
  6. Kakinya ramping, agak pendek menyerupai kaki kerbau.
  7. Pada punggungnya selalu ditemukan bulu hitam membentuk garis (garis belut) memanjang dari gumba hingga pangkal ekor.
  8. Cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam
  9. Tanduk pada sapi jantan tumbuh agak ke bagian luar kepala, sebaliknya untuk jenis sapi betina tumbuh ke bagian dalam.

KEUNGGULAN SAPI BALI
pedet sapi baliSapi Bali termasuk jenis yang disukai oleh para peternak karena dwiguna, disamping bisa sebagai sapi pekerja juga sapi pedaging, serta mempunyai banyak keunggulan seperti :
  1. Subur (cepat berkembang biak/ fertilitas tinggi)
  2. Mudah beradaptasi dengan lingkungannya,
  3. Dapat hidup di lahan kritis.
  4. Mempunyai daya cerna yang baik terhadap pakan.
  5. Persentase karkas yang tinggi.
  6. Harga yang stabil dan bahkan setiap tahunnya cenderung meningkat.
  7. Khusus sapi bali Nusa Penida, selain bebas empat macam penyakit, yaitu jembrana, penyakit mulut dan kuku, antraks, serta MCF (Malignant Catarrhal Fever). Sapi Nusa Penida juga dapat menghasilkan vaksin penyakit jembrana.
  8. Kandungan lemak karkas rendah.
  9. Keempukan daging tidak kalah dengan daging impor.
KELEMAHAN SAPI BALI
Dari berbagai kelebihan tersebut, Sapi Bali juga memiliki kelemahan walaupun hanya sedikit, diantaranya :
  1. Dapat terserang virus Jembrana yang menyebar melalui media “lalat”.
  2. Rentan terhadap Malignant Catarrhal Fever ,jika berdekatan dengan domba.

Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 45 Tahun 2004 dan Perda No 2/2003 yang melarang bibit sapi bali betina keluar dari wilayah provinsi ini. Dalam Menjaga Keutuhan genitik sapi bali Semestinya pembibitan sapi bali tidak boleh diluar pulau bali, akan tetapi diluar pulau bali telah banyak berkembang pembibitan sapi bali seperti di Sulawesi Selatan, Lombok, Pulau Timor dan menurut pemberitaan sapi bali telah dikembangkan di Luar Negeri Seperti Malaysia dan Australia, entah kenapa sapai Lolos keluar negeri...?, Ini merupakan Tanda Tanya Besar Dikepala Kita Semua..?

Pemanasan Global & Perubahan Iklim

Thursday, March 18, 2010 / No Comments
Bumi merupakan tempat tinggal bagi kehidupan, baik manusia maupun mahluk hidup yang lainnya dimana kita sebagai manusia memiliki sifat ketergantungan dan keterkaitan dengan alam dan lingkungan maka sudah seharusnyalah kita menjaga dengan penuh kesungguh-sungguhan, agar kehidupan di muka bumi ini terus berlangsung dengan baik.

Bumi ini untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang inilah yang penting untuk dibicarakan, dimana bumi yang melibatkan persoalan lingkungan hidup sebagai bagian yang tidak boleh dilupakan.

Kualitas lingkungan hidup semakin menurun dari hari ke hari, Bumi telah menjadi lebih hangat sekitar 1ºF (0.5ºC) dari 100 tahun yang lalu. Tapi mengapa ? dan bagaimana ? bumi bisa saja menjadi hangat secara alami, tetapi banyak ahli iklim dunia yang percaya bahwa tindakan manusia telah membantu membuat bumi menjadi lebih hangat. Internasionalisasi modal telah menjadi ancaman paling besar terhadap bumi dan lingkungan hidup secara lebih khusus. Watak dasar kapitalisme yang eksploitatif dan akumulatif telah menjadi ancaman terbesar bagi bumi dan lingkungan hidup. Eksploitasi tambang, mineral, gas, hutan, laut, air untuk mengejar apa yang dinamakan sebagai pertumbuhan ekonomi, telah menyebabkan sebuah kerja keras habi - habisan tanpa terkendali.


Kondisi bumi yang ditandai oleh kerusakan lingkungan hidup memperlihatkan keadaan yang semakin parah. Bencana sebagai akibat ketidakseimbangan dan berkurangnya kemampuan bumi dalam melindungi dirinya, hilangnya kemampuan lingkungan untuk mengimbangi watak eksploitatif para pemburu harta dan kekayaan bumi telah membawa bencana hebat.

Bencana alam akibat kerusakan yang ditimbulkan manusia telah melanda seluruh belahan dunia. Kekeringan panjang yang melanda dimusim kemarau, dengan segala dampak ikutan seperti kebakaran hutan, mengeringnya sumber-sumber air bersih di daerah pemukiman, meningkatnya suhu udara sehingga menimbulkan gelombang panas. yang kerap kali berulang di berbagai daerah di Indonesia dan belahan dunia selama dekade belakangan ini.
Hal ini sering dikaitkan dengan pengaruh dari pemanasan global dan pengaruh penipisan lapisan ozon yang menurut para ahli disebapkan oleh ulah manusia yang merusak lingkungan.

GAS-GAS RUMAH KACA
Gas-gas Rumah Kaca atau Greenhouse Gases adalah gas-gas yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca. Selain uap air (H2O) dan karbon dioksida (CO2), terdapat gas rumah kaca lain di atmosfer, dan yang terpenting berkaitan dengan pencemaran dan pemanasan global adalah metana (CH4), ozon (O3), dinitrogen oksida (N2O), dan chlorofluorocarbon (CFC) Gas Rumah Kaca dapat terbentuk secara alami maupun sebagai akibat pencemaran.

Gas Rumah Kaca di atmosfer menyerap sinar inframerah yang dipantulkan oleh bumi. Peningkatan kadar gas rumah kaca akan meningkatkan efek rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global. Adapun jenis-jenis dari gas rumah kaca tersebut adalah uap air, karbon dioksida, metana, ozon, dinitrogen oksida atau nitrat oksida dan Chlorofluorocarbon (CFC).

PENGARUH EMISI GAS RUMAH KACA PADA PEMANASAN GLOBAL

Secara alamiah sinar matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian sinar matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi disebut gas rumah kaca sehingga sinar tersebut terperangkap dalam bumi.
Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah kaca (ERK) karena peristiwanya sama dengan rumah kaca, dimana panas yang masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca.

Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia, karena jika tidak ada efek rumah kaca maka suhu permukaan bumi akan 33oCelcius lebih dingin. Gas Rumah Kaca (GRK) yang berada di atmosfer dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak. Selain itu gas rumah kaca juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan peternakan. gas rumah kaca yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti karbondioksida, metana, dan nitroksida, menyebabkan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer.

Berubahnya komposisi gas rumah kaca di atmosfer, yaitu meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca secara global akibat kegiatan manusia menyebabkan sinar matahari yang dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa, sebagian besar terperangkap di dalam bumi akibat terhambat oleh gas rumah kaca tadi. Meningkatnya jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer pada akhirnya menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi, yang kemudian dikenal dengan Pemanasan Global.

Pemanasan Global adalah fenomena naiknya suhu permukaan bumi karena meningkatnya efek rumah kaca. Efek rumah kaca di atmosfer meningkat akibat adanya peningkatan kadar gas-gas rumah kaca, antara lain karbon dioksida, metana, ozon. Pemanasan global atau Global Warming mempunyai dampak yang sangat besar bagi dunia dan kehidupan makhluk hidup, yaitu perubahan iklim dunia dan kenaikan permukaan air laut

Menurut beberapa pakar, bumi saat ini telah memasuki masa pemanasan global karena enam tahun terpanas dalam 100 tahun semuanya jatuh pada tahun 1980-an yaitu, dari yang tertinggi sampai terendah, tahun 1988, 1987, 1983, 1981, 1980, dan 1986

Sumbangan utama terhadap jumlah karbon dioksida di atmosfer berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, yaitu minyak bumi, batu bara dan gas bumi. Pembakaran bahan-bahan tersebut menambahkan 18,35 miliar ton karbon dioksida ke atmosfer tiap tahun. (18,35 miliar ton karbon dioksida = 18,35 x 1012 atau 18.350.000.000.000 kg karbon dioksida!) Dari konsumsi energi dunia saat ini (tidak termasuk kayu bakar), sedikit di bawah 40 persen adalah minyak bumi, 27 persen batu bara, dan 22 persen gas bumi, sementara listrik tenaga air dan nuklir merupakan 11 persen sisanya.

Selain merupakan bahan bakar fosil yang menghasilkan pencemaran paling tinggi, batu bara juga menghasilkan karbon dioksida terbanyak per satuan energi. Membakar 1 ton batu bara menghasilkan sekitar 2,5 ton karbon dioksida. Untuk mendapatkan jumlah energi yang sama dari minyak, jumlah karbon dioksida yang dilepas akan mencapai 2 ton dan dari gas bumi hanya 1,5 ton. Kayu lebih parah lagi, yaitu melepaskan 3,4 ton karbon dioksida untuk menghasilkan jumlah energi yang sama dengan membakar satu ton batu bara.

Pelepasan atau emisi karbon dioksida ke atmosfer menyebabkan kadar gas rumah kaca di atmosfer meningkat, sehingga terjadi peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan global.

AKIBAT PEMANASAN GLOBAL
Pemanasan global merupakan akibat dari meningkatnya kadar gas rumah kaca, sehingga suhu bumi naik. Pemanasan global adalah proses perubahan keadaan yang berjalan sangat lambat. Dampak utama dari pemanasan global adalah perubahan iklim global yang akan mengakibatkan antara lain peningkatan permukaan air laut, penurunan hasil panen pertanian dan perikanan, perubahan keanekarangam hayati.

1. Perubahan Iklim Global
Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa sejumlah kejadian alam selama ini memberikan tanda-tanda kuat bahwa iklim mulai tidak stabil. Pada 1987, misalnya, tercatat suhu tinggi pemecah rekor terjadi di Siberia, Eropa Timur dan Amerika Utara. Rekor ini kembali dipecahkan di daerah-daerah tersebut pada tahun berikutnya. Juga pada 1987 terjadi banjir besar di Korea, Bangladesh, dan di Kepulauan Maladewa (Maledives) akibat ombak pasang. Pada tahun berikutnya, Bangladesh mengalami banjir lagi, dan pada awal 1991 banyak korban jiwa akibat angin puyuh.

Daftar bencana alam ini masih dapat diperpanjang. Walaupun belum ada bukti langsung yang mengkaitkan kejadian-kejadian di atas dengan pemanasan global, atau belum ada indikasi bahwa iklim menjadi lebih mudah berubah, kejadian-kejadian tersebut tidak dapat diabaikan begitu saja.

2. Kenaikan Permukaan Air Laut

Salah satu akibat pemanasan global adalah dapat mencairnya es di Kutub Utara dan Kutub Selatan. Pencairan es tersebut menyebabkan naiknya permukaan air laut. Banyak kawasan pertanian subur dan berpenduduk paling padat di dunia terletak di daratan rendah sepanjang pantai. Peningkatan permukaan air laut memperbesar resiko banjir, hal ini terutama berlaku jika pemanasan global dikaitkan dengan terjadinya badai dan topan yang ganas. Banyak negara berkembang sangat bergantung pada industri pariwisata. Salah satu daya tariknya ialah pantai-pantai pasir yang luas dan bersih. Untuk gambaran kasarnya, jika terjadi peningkatan permukaan air laut setinggi 10 Cm, berarti hilangnya sekitar 10 meter pantai.

Meningkatnya permukaan air laut mendorong batas antara air asin dan air tawar di muara sungai lebih jauh ke daratan. Peningkatan setinggi 10 Cm akan cenderung mengakibatkan penembusan air laut sekitar satu kilometer lebih jauh ke darat dalam muara datar. Penembusan air asin ke dalam cadangan air tawar dapat menjadi masalah serius ketika permukaan air laut naik.

Pemanasan global tidak selamanya berakibat buruk, peningkatan temperatur laut ternyata memperluas luas terumbu karang di Karibia. Beberapa jenis terumbu karang justru tumbuh dengan sumbur. Hal ini terungkap dari pertemuan tahunan perhimpunan ahli geologi di Seattle, Washington.

Sekurang-kurangnya satu marga terumbu karang Karibia, Acropora, tampaknya telah tercatat sebagai marga yang "menikmati" efek pemanasan global. Suhu laut yang lebih hangat memperluas pertumbuhan karang ini ke arah utara, seperti yang pernah terjadi di masa silam. Pada tahun 1998, sampel hidup terumbu karang ditemukan di daerah dekat Fort Lauderdale, Florida, AS dan pada tahun 2002 juga ditemukan di bagian utara teluk Meksiko sepanjang pesisir Texas. Selain itu, pertumbuhan terumbu karang ke arah utara juga ditemukan di daerah perairan Pasifik.

Precht menemukan bukti pertumbuhan terumbu karang di atas di sepanjang pesisir Fort Lauderlade (karang yang pernah ditabrak kapal selam nuklir AS). Tabrakan ini membongkar karang-karang fosil, yaitu Acropora. Saat ini, karang Acropora tumbuh di daerah Miami yang berjarak 50 Km dari tempat tabrakan. Uji umur terumbu dengan radiokarbon menunjukkan, terumbu karang ini berumur 7.000 tahun. Seperti diketahui, 9.000 - 4.000 tahun lalu, suhu laut Atlantik adalah 2 - 4 0C lebih hangat dari suhu laut saat ini.

3. Penurunan Hasil Panen Pertanian dan Perikanan
Jika iklim berubah seperti yang diramalkan, kemungkinannya bermacam-macam dan bahkan bisa suram. Penurunan curah hujan jelas akan merupakan bencana bagi petani miskin di daerah kering, misalnya di Afrika, Brasil, Pakistan serta India, dan dampak tersebut tidak terbatas pada daerah kering saja.

Sebagai contoh: Pemanasan global dapat membuat daerah Barat-Tengah Amerika Serikat menjadi lebih panas dan berangin. Apa yang dapat terjadi sudah dirasakan ketika kekeringan dan suhu tinggi pada 1988 menurunkan hasil panen gabah sebesar 30 persen. Penurunan hasil panen seperti ini, jika berlangsung terus, hampir pasti akan berakibat serius bagi negara berkembang serta negara-negara lain yang bergantung pada impor gabah dari Amerika Serikat.

Para petani dimanapun telah menunjukkan diri mampu melakukan penyesuaian diri untuk menanggapi perubahan keadaan. Mereka bersiap mengganti tanaman ketika pasar berubah, menerapkan jenis biji baru ketika mereka melihat bahwa jenis tersebut lebih menguntungkan, mengubah teknik bertani, atau mengambil langkah apapun yang mungkin meningkatkan keamanan atau pendapatan mereka. Tetapi penyesuaian diri demikian memerlukan waktu dan uang. Jika dunia sedang menuju ke abad yang suhu globalnya meningkat terus, kecepatan dan kelanjutan perubahan akan meletakkan beban berat pada para petani di mana-mana.

Walaupun begitu, tidak seluruh kemungkinan negatif. Misalnya, ada kemungkinan bahwa kondisi di beberapa daerah akan menjadi lebih menguntungkan bagi tanaman pertanian daripada sekarang. Bagi para petani anggur di daerah dingin, fenomena itu barangkali berkah tersendiri karena anggur mereka menjadi lebih enak. Para peneliti dari tiga universitas di AS menemukan bahwa tanaman anggur menghasilkan lebih banyak buah yang baik seiring dengan naiknya suhu udara selama 50 tahun terakhir ini, terutama di wilayah beriklim dingin. Sebaliknya, temuan itu bisa jadi merupakan masalah bagi kebun-kebun anggur di wilayah panas.

Iklim adalah penentu mutu anggur yang dihasilkan kata Gregory Jones, ahli iklim dan cuaca di Southern Oregon University. "Mereka yang berada di wilayah dingin kebanyakan akan suka bila suhu mulai menghangat." Jones bersama dengan para peneliti dari Utah State University dan Universitas Colorado, meneliti 27 perkebunan anggur di sembilan negara. Menggunakan sistem pengukuran rasa anggur yang biasa dipakai di balai lelang Sotheby, mereka menemukan bahwa kebanyakan anggur memiliki rasa lebih enak seiring dengan naiknya temperatur udara sekitar 1,3o Celcius selama 50 tahun ini.

Efek itu sangat terasa terutama di wilayah-wilayah beriklim dingin, seperti di lembah Mosel dan Rhine di Jerman. Suhu yang lebih hangat daripada sebelumnya di tempat itu, ternyata berdampak pada meningkatnya mutu anggur yang dihasilkan. Menurut penelitian yang akan dipublikasikan di journal Climatic Change edisi mendatang, kenaikan suhu sekitar 2 derajat Celcius pada setengah abad mendatang, diperkirakan akan menghasilkan anggur yang makin baik. Disebutkan juga, daerah-daerah pertanian anggur yang beriklim dingin seperti Oregon, Washington dan British Columbia, bakal mendapat keuntungan dari pemanasan global yang terjadi saat ini.

Sebaliknya wilayah-wilayah hangat seperti Chianti di Italia, justru bakal menghadapi masalah dimana anggur akan masak terlalu cepat karena suhu yang lebih panas. Anggur yang masak terlalu cepat, biasanya akan menghasilkan minuman anggur dengan kadar gula lebih tinggi, dengan alkohol lebih banyak, namun keseimbangan dan keasamannya rendah.
Kenaikan suhu ini juga akan memaksa para petani anggur mengelola kebunnya dengan cara berbeda untuk menghasilkan anggur-anggur dengan rasa khas seperti sebelumnya, atau mungkin mereka harus menanam jenis anggur lain yang lebih sesuai dengan iklim baru ini.
"Di beberapa wilayah perubahan suhu itu sangat merugikan. Petani-petani di Italia bagian Selatan dan Yunani harus berjuang keras untuk menghasilkan anggur yang baik tahun ini," kata Jones. "Namun di Inggris selatan, para petani barangkali akan menghasilkan anggur terbaik sejak jaman es

Satu calon bagi perbaikan iklim demikian adalah Republik Rusia, bekas bagian dari Uni Soviet. Diperkirakan bahwa suhu yang lebih tinggi disertai peningkatan curah hujan yang mungkin terjadi akan meningkatkan hasil gabah sampai 50 persen. Ini akan memungkinkan bagi Uni Soviet untuk menjadi salah satu pengekspor gabah terbesar, dan tidak lagi bergantung pada impor dari Amerika Serikat.

Terumbu karang merupakan ekosistem planet yang paling beragam. Satu terumbu dapat mendukung sebanyak 3000 spesies kehidupan laut. Terumbu terutama rentan terhadap perubahan apapun dalam lingkungannya. Kondisi ekstrem dapat menyebabkan ganggang simbiotik yang peka, pemberi warna dan makanan pada karang akan terlepas keluar. Jika hal ini terjadi, kerangka kapur dari karang akan terkelupas, sehingga memberi warna keputihan. Karang biasanya mendapatkan kembali ganggang setelah kejadian tersebut, tetapi kejadian yang berulang dan lama akan mencegah pertumbuhan dan reproduksi karang dan lambat-laun akan membunuh mereka.

4. Perubahan Keanekaragaman Hayati
Setiap jenis tumbuhan dan hewan hanya dapat hidup dalam satu wilayah atau iklim yang sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh: Jenis pohon tertentu sesuai tumbuh di daerah curah hujan dan suhu savana. Jika iklim menjadi lebih panas dan lebih kering, pohon ini kalah dibandingkan semak rendah yang jarang tumbuhnya dan dapat hidup dalam iklim lebih keras. Jenis pohon ini akan digantikan secara alami oleh jenis lain yang lebih mampu menyesuaikan diri dengan iklim baru.

Jika perubahannya lambat, akan terjadi penyesuaian diri secara bertahap terhadap iklim baru, seperti yang telah terjadi masa lalu. Diperkirakan jika kondisi yang lain tetap, tumbuh-tumbuhan perlu pindah 100 - 150 km ke arah kutub.

5. Kesehatan Manusia
Di dunia yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang yang terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit yang biasa ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah ke daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi mereka.

Saat ini, 45 persen penduduk dunia tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit malaria; persentase itu akan meningkat menjadi 60 persen jika temperature meningkat. Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar seperti malaria, demam dengue (demam berdarah), demam kuning, dan encephalitis.

Para ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden alergi dan penyakit pernafasan karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold dan serbuk sari.

Download :
- PAPER PENGARUH EMISI GAS RUMAH KACA DAN PEMANASAN GLOBAL
- SLIDE PENGARUH EMISI GAS RUMAH KACA DAN PEMANASAN GLOBAL

    Nyepi Bentuk Keselarasan Alam Mikro & Makro

    Monday, March 15, 2010 / No Comments
    NYEPI berasal dari kata sepi (sunyi, senyap), Hari Raya Nyepi salah satu hari raya besar umat Hindu di Bali, filsafat (tattwa) dan susila (etika) yang menjadi acuan semua upacara hari raya Hindu di Bali. Nilai-nilai budaya Hindu yang diakui di dalam upacara yadnya termasuk upacara yadnya pada hari raya Nyepi merupakan suatu kekuatan spiritual yang dapat membentuk jati diri umat, sebagai wahana pengendalian diri dan dapat sebagai penguat integrasi umat manusia dalam arti yang sangat universal.


    Hari raya Nyepi sebagai hari raya umat Hindu yang merupakan puncak identitas umat Hindu karena hari raya suci ini satu-satunya yang diakui sebagai hari libur nasional yang dimulai tahun 1983.


    Hari raya Nyepi jatuh dalam satu tahun sekali tepatnya pada tahun baru saka. Pada saat itu matahari menuju garis lintang utara, saat Uttarayana yang disebut juga Devayana yakin waktu yang baik untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.


    Menurut lontar Sang Hyang Aji Swamandala yang menyatakan bahwa, Tawur (upacara) Bhuta Yadnya atau Tawur Kesanga sebaiknya diadakan pada tilem bulan Chaitra (Tilem Kesanga), sehari sebelum hari raya Nyepi dirayakan.


    Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan “'Tahun Baru Hindu” berdasarkan penanggalan/kalender Ḉaka, yang mana dimulai pada tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Ḉaka di Bali dimulai dengan sepi, dari nol....! Tidak ada aktifitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, bahkan pelayanan umum, seperti Bandara Internasional pun tutup, kecuali rumah sakit.


    Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan “Buwana Alit” (alam manusia/microcosmos) dan “Buwana Agung/macrocosmos” (alam semesta).
    Sebelum Hari Raya Nyepi, ada beberapa rangkainan upacara yang dilakukan umat Hindu(khususnya di Bali), diantaranya : Melasti, Tawur (“Pecaruan”) dan Pengrupukan.


    MELASTI
    Tiga atau dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan Penyucian dengan melakukan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis.
    Pada hari ini, segala sarana persembahyangan yang ada di Pura (tempat suci) di arak ke pantai atau danau, karena laut atau danau adalah sumber air suci (tirtha amerta) dan bisa menyucikan segala "leteh" Kotor) di diri manusia dan alam.


    Tawur (“Pecaruan”) dan Pengrupukan
    Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada "tilem sasih kesanga (bulan mati yang ke-9)", umat Hindu melaksanakan upacara “Bhuta Yadnya” di segala tingkatan masyarakat, mulai dari masing-masing keluarga, banjar, desa, kecamatan dan seterusnya, dengan mengambil salah satu dari jenis-jenis "caru" (semacam sesajian) menurut kemampuannya. “Bhuta Yadnya” itu masing-masing bernama “Pañca Sata” (kecil), “Pañca Sanak” (sedang), dan “Tawur Agung” (besar). Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda Bhuta Kala dan mengembalikan keseimbangan bhuwana agung dan bhuwana alit baik sekala maupun niskala, dan segala “leteh” (kekotoran) diharapkan sirna semuanya. “Caru” yang dilaksanakan di rumah masing-masing terdiri dari nasi manca (lima) warna berjumlah 9 “tanding”/paket beserta lauk pauknya, seperti ayam brumbun (berwarna-warni) disertai “tetabuhan” arak/tuak. “Bhuta Yadnya” ini ditujukan kepada Sang Bhuta Raja, BhutaKala dan Bhatara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat.


    “Mecaru” diikuti oleh upacara “pengerupukan”, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Bhuta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Khusus di Bali "pengrupukan" Biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Bhuta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Bhuta Kala dari lingkungan sekitar.

    Hari Raya Nyepi

    Keesokan harinya, yaitu pada “Purnama Kedasa” (bulan purnama ke-10), tibalah Hari Raya Nyepi sesungguhnya. Pada hari ini suasana seperti mati. Tidak ada kesibukan aktifitas seperti biasa.


    Memaknai Hari Raya Nyepi Sebagai Pengendalian Diri
    Seperti telah dijelaskan diatas, hari raya Nyepi merupakan peristiwa peralihan tahun icaka, pada saat itu masyarakat diharapkan merenung (mulat sarira) untuk melihat mana perbuatan baik dan mana yang buruk selama kurun waktu setahun. Menurut etika hari raya Nyepi hal tersebut teimplisit dalam catur Berata Penyepian adalah empat pedoman yang telah ditetapkan dan harus dilaksanakan oleh umat Hindu sebagai wujud pengendalian diri dan mawas diri dengan empat pedoman ( Catur Bratha Penyepian ) Yakni :
    1. Amati Geni : Tidak berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api, dan secara batin dimaksudkan untuk mengekang dan mengendalikan diri dari hal-hal yang bersifat negatif seperti mematikan api amarah dan api asmara.
    2. Amati Karya : Tidak melakukan pekerjaan Jasmani dan meningkatkan penyucian rohani
    3. Amati Lelungan : Tidak bepergian dan tetap mawas diri
    4. Amati Lelanguan : Tidak mendengarkan hiburan, melainkan peningkatan pemusatan pikiran kepada Hyang Widi.
    Serta bagi yang mampu juga melaksanakan “tapa, brata, yoga dan semadhi.”


    Demikianlah untuk masa baru, benar-benar dimulai dengan suatu halaman baru yang putih bersih. Untuk memulai hidup dalam tahun baru Caka pun, dasar ini dipergunakan, sehingga semua yang kita lakukan berawal dari tidak ada, suci dan bersih.
    “Tiap orang berilmu (“sang wruhing tattwa jñana”) melaksanakan brata (pengekangan hawa nafsu), yoga ( menghubungkan jiwa dengan paramatma (Tuhan), tapa (latihan ketahanan menderita), dan samadi (manunggal kepada Tuhan, yang tujuan akhirnya adalah kesucian lahir batin).”


    Semua itu menjadi keharusan bagi umat Hindu agar memiliki kesiapan batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan di tahun yang baru. Kebiasaan merayakan hari raya dengan berfoya-foya, berjudi, mabuk-mabukan adalah sesuatu kebiasaan yang keliru dan mesti diubah.


    Ngembak Geni (Ngembak Api)
    Rangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Saka adalah hari “Ngembak Geni” yang jatuh pada "pinanggal ping kalih" (tanggal 2) sasih kedasa (bulan X). Pada hari ini Tahun Baru Saka tersebut memasuki hari kedua. Umat Hindu bersilaturahmi dengan keluarga besar dan tetangga, saling maaf memaafkan (“ksama”) satu sama lain. (dikutip dari berbagai sumber)

    Tumpek Wariga Hari Bumi Ala BALI

    Thursday, March 4, 2010 / No Comments
    "Dadong-dadong Kakine Dija..?, Tiyang Jani Mapangarah, Buwin Selae Dina Galungan, Mebuwah Nyen Apang Ngeed, Ngeed, Ngeed...!"
    Lalu diperciki tirtha pada tanaman dan di isi tape, kuwe lak-klak, bubur dan lain sebagainya pada tanaman tersebut lengkap dengan ritual lainnya.


    Setiap kali perayaan hari Tumpek Wariga, doa sederhana itu senantiasa terngiang di telinga Kita Ketika Saya masih kecil, Niyang/Nenek memang sering mengajak saya ikut mengupacarai sejumlah pepohonan dirumah, terutama yang menghasilkan buah. Doa itu mengandung penghargaan agar sang pohon bisa berbuah lebat (nged) sehingga bisa digunakan untuk keperluan upacara hari raya Galungan yang jatuh 25 hari berikutnya.


    Dalam konsepsi Hindu, saat Tumpek Pengatag - dikenal juga sebagai Tumpek Wariga, Tumpek Uduh atau Tumpek Bubuh dihaturkan persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi sebagai Sangkara, Dewa Penguasa Tumbuh-tumbuhan yang dikonkretkan melalui mengupacarai pepohonan. Memang, menurut tradisi susastra Bali, yang menyebabkan tumbuh-tumbuhan hidup dan memberikan hasil kepada manusia adalah Hyang Sangkara. Karenanya, ucapan syukur dan penghormatan kepada Hyang Sangkara mesti dilakukan manusia dengan mengasihi segala jenis tumbuh tumbuhan. Dengan demikian, sejatinya, perayaan hari Tumpek Pengatag memberi isyarat dan makna mendalam agar manusia mengasihi dan menyayangi alam dan lingkungan yang telah berjasa menopang hidup dan penghidupannya. Pada Tumpek Pengatag, momentum kasih dan sayang kepada alam itu diarahkan kepada tumbuh-tumbuhan. Betapa besarnya peranan tumbuh-tumbuhan dalam memberi hidup umat manusia. Hampir seluruh kebutuhan hidup umat manusia bersumber dari tumbuh-tumbuhan. Mulai dari pangan, sandang hingga papan.
     

    Karena itu pula, tradisi perayaan Tumpek Pengatag tidaklah keliru jika disepadankan sebagai peringatan Hari Bumi ala Bali. Tumpek Pengatag merupakan momentum untuk merenungi jasa dan budi Ibu Bumi kepada umat manusia. Selanjutnya, dengan kesadaran diri menimbang-nimbang perilaku tak bersahabat dengan alam yang selama ini dilakukan dan memulai hari baru untuk tidak lagi merusak lingkungan.



    Dengan ini dapat disimpulkan bahwa para tetua Bali di masa lalu telah memiliki visi futuristik untuk menjaga agar Bali tak meradang menjadi tanah gersang dan kering-kerontang akibat alam lingkungan yang tak terjaga. Bahkan, kesadaran yang tumbuh telah pula dalam konteks semesta raya, tak semata Bali. Visi dari segala tradisi itu bukan semata menjaga kelestarian alam dan lingkungan Bali, tetapi juga kelestarian alam dan lingkungan seluruh dunia. Istimewanya, segala kearifan itu muncul jauh sebelum manusia modern saat ini berteriak-teriak soal upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan. Jauh sebelum dunia menetapkan Hari Bumi, tradisi-tradisi Bali telah lebih dulu mewadahinya dengan arif.


    Hanya memang, perayaan Tumpek Pengatag sebagai Hari Bumi ala Bali menghadirkan ironi tersendiri. Dalam berbagai bentuk, ritual dan tradisi itu berhenti pada wujud fisik upacara semata, dampak keterjagaan terhadap lingkungan Bali tak tampak secara signifikan. Kenyataannya, alam Bali tiada henti tereksploitasi.


    Karenanya, akan menjadi menawan, bila Tumpek Pengatag tak semata diisi dengan menghaturkan banten pengatag kepada pepohoran, tapi juga diwujud-nyatakan dengan menanam pohon. serta menghentikan tindakan merusak alam lingkungan. Dengan begitu, Tumpek Pengatag yang memang dilandasi kesadaran pikir visioner menjadi sebuah perayaan Hari Bumi yang paripurna. Bahkan, manusia Bali bisa lebih berbangga, karena peringatan Hari Bumi-nya dilakonkan secara nyata serta indah menawan karena diselimuti tradisi kultural bermakna kental.


    Untuk Itu Mari Kita Renungkan Bersama :
    1. Sudahkan kah Saya Menanam Pohon dan Menjaga Pohon yang Saya Tanam...?
    2. Berapa Pohon kah yang Telah saya Tebang untuk kebutuhan hidup saya....?
    3. Berapa % Kah saya Berhasil Mengembalikan Pohon yang selama ini saya Tebang untuk kembali menjaga ekosistem di bumi ini..?
    4. Sudahkah saya berhemat dalam pemakaian Resources dari alam...?
    5. Mari bersama-sama Selamatkan Bumi kita Untuk Anak Cucu Kita.



    Tumpek Kandang - Tumpek Celeng - Menanam Pohon Wujud Nyata Sadar Lingkungan

    Tumpek Kandang Wujud Kasih Terhadap Binatang

    / No Comments
    "Berbuatlah agar semua orang, binatang-binatang dan semua makhluk hidup berbahagia"
    (Yajurveda XVI.48)


    Saniscara Kliwon Wuku Uye, masyarakat Bali (Hindu) merayakan hari suci Tumpek Uye atau disebut juga Tumpek Kandang atau Tumpek Andang. Awam kerap memaknai hari ini sebagai hari untuk memuliakan segala jenis hewan sebagai bagian penting ekosistem penopang kehidupan di dunia. Inilah satu dari setumpuk tradisi Bali yang memberikan pesan agar manusia senantiasa bersahabat dengan alam dengan segenap isinya. Apa sebetulnya makna hari Tumpek Kandang ? lalu, apa Relevansinya dengan konteks kekinian ?

    BERBAHAGIALAH masyarakat Bali yang mewarisi beragam tradisi jaga lingkungan yang unik sekaligus otentik. 
    Tradisi-tradisi berkesadaran lingkungan mengajarkan manusia Bali bagaimana semestinya merawat kelestarian alam dengan menjaga keseimbangan ekosistemnya, senantiasa mewujudkan harmoni hubungan manusia dengan alam dengan segenap isinya. 
    Hari raya tumpek merupakan perwujudan dari tradisi berkesadaran lingkungan itu. Selain Tumpek Pengatag yang dikenal sebagai hari untuk menyucikan tumbuh-tumbuhan, manusia Bali juga mengenal Tumpek Kandang sebagai hari untuk memuliakan hewan.
    Di luar konsepsi agama seperti itu, perayaan Tumpek Kandang sejatinya dapat dipandang sebagai pernyataan rasa terima kasih dan syukur manusia Bali kepada Sang Pencipta yang telah mengadakan berbagai jenis fauna di jagat semesta ini. Seperti halnya tumbuh-tumbuhan, hewan memiliki andil dan jasa yang tiada terbilang besarnya untuk menopang kehidupan manusia. Kecuali menopang kebutuhan konsumsi manusia, hewan juga membuat hidup manusia menjadi lebih mudah dan nyaman. Manusia kerap meminta pertolongan kepada hewan-hewan tersebut. Lihat saja petani yang memanfaatkan sapi atau kerbau untuk membajak sawah, kusir dokar yang memanfaatkan kuda untuk menarik dokarnya.

    Bahkan, jika dicermati lagi, hewan bisa memberikan pesan-pesan penting bagi kehidupan manusia. Hewan kerap lebih awal memberi isyarat akan terjadinya bencana sehingga manusia yang berakrab dengan sasmita alam akan bisa mengetahui bencana segera menerjang. Tengok saja bencana Tsunami yang diawali tanda-tanda hijrahnya burung-burung atau gunugn merapi meletus diawali dengan. Hewan-hewan tiada henti memberi tanda alam bagi keselamatan manusia, memang Keseimbangan ekosistem yang bermuara pada ketenangan hidup manusia juga sangat ditopang oleh peran berbagai jenis hewan. Tanpa kehadiran hewan, daur kehidupan tidak akan terjadi. Alam menjadi rusak dan manusia pun akan ikut rusak.

    Seperti contoh Hewan Sapi yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Selain dipakai membajak sawah, sapi juga membantu petani untuk meningkatkan kesejahteraan. Harga jualnya cukup menggiurkan, sehingga bisa dijadikan ”modal” oleh petani untuk meningkatkan pendidikan bagi putra-putrinya, dan membiayai keperluan hidup yang lain. Demikian pula ternak yang lain seperti babi, kambing, ayam, itik. Bahkan, babi bagi masyarakat Hindu di Bali sering dijadikan semacam tabungan atau celengan. Ketika umat menyelenggarakan hajatan, babi tersebut dipotong atau jika kepepet uang, ternak yang sering disebut ubuhan tatakan banyu tersebut bisa dijual.

    Khusus hewan-hewan yang lain, terutama satwa langka, umat mesti melestarikannya seperti penyu hijau, burung jalak Bali, menjangan, kera dan sebagainya. Hewan-hewan langka tersebut mesti dijaga agar tidak sampai mengalami kepunahan. Untuk menjaga kepunahan satwa langka, di Bali dikaitkan dengan mitologi. Hewan-hewan tertentu dikatakan sebagai duwe Ida Batara (milik Tuhan), seperti sapi putih duwe, bojog (kera) duwe, lelawah (kelelawar) duwe, lelipi (ular) duwe dan sebagainya. Lewat mitologi seperti itu sesungguhnya umat diajak untuk menajaga dan melestarikan satwa lewat konsep religi. ”Mitologi seperti itu sepertinya jauh lebih kuat daripada seruan atau ajakan untuk melestarikan satwa langka."