Ternak Babi Sebagai Usaha Sampingan Para Ibu
Saturday, March 31, 2012
/
No Comments
Ngubuh Kucit atau Ngubuh Celeng istilah dibali bagi peternak babi, para ibu-ibu di bali memiliki pekerjaan sampingan dengan memelihara babi di areal belakang pekarangan rumah mereka, biasanya sepulang bekerja di sawah mengurus ladang dan membantu para suami, para ibu-ibu petani mereka memberi pakan ternak babi mereka.
Hampir sebagian besar ibu-ibu petani yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Manik Amertha, desa lokapaksa memelihara babi sebagai usaha sampingan dalam membantu perekonomian keluarga mereka.
Hampir sebagian besar Masyarakat bali memiliki minat yang besar dalam mengkonsumsi daging babi, selain dari sisi rasa daging bali yang sangat enak, serta salah satu sumber protein hewani dengan kandungan asam amino esensial yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan protein nabati.
Masyarakat bali banyak menggunakan daging babi selain sebagai panganan juga digunakan dalam kegiatan upacara keagamaan yang ilengkapi dengan guling babi lengkap dengan urutan dan lawar babi, sehingga Pemotongan babi dibali setiap tahunnya mengalami peningkatan sekitar 5,4% pertahun. Dalam hal ini tentu ini merupakan sebuah peluang besar dalam mengembangkan usaha agribisnis ternak babi bali.
Dalam hal usaha peternakan babi di bali sangat diminati mengingat babi memiliki bebrapa kemdahan yakni dengan modal yang relatif kecil dibandingkan usaha peternakan lainya akan mampu menghasilkan anakan babi yang banyak.
Dalam pengelolaan peternakan babi di bali, khususnya di desa kami masih dikelola dengan pola peternakan tradisional dengan skala usaha yang masih kecil alias usaha sampingan para ibu-ibu petani.
Pemberian pakan babi pada umumnya dari limbah pertanian dan industri turunan dari pertanian itu sendiri serta limbah rumah tangga diantaranya : dedak padi (oot), batang pisang, Ampas tahu, nasi aking, umbi-umbian, dedaunan yang di ali disebut dag-dag dan reroban.
Bagi para ibu-ibu petani dibali mengatakan bahwa beternak babi/Celeng ibarat menabung alias mececelengan, mengingat besarnya potensi limbah petanian yang bisa terserap dalam usaha peternaan babi ini.
Dari sisi kendala dalam peternakan babi secara tradisional ini tentu banyak sekali, mulai dari tata kelola kandang yang kurang memadai, limbah ternak babi yang tidak tergarap secara maksimal, sedikitnya jumlah pejantan atau Kaung sehingga kesulitan dalam mengawinkan ternak babi mereka, kesehatan ternak dan lain sebagainya.
kendala-kendala ini sangat mungkin bisa diatasi kedepan dengan pola peternakan yang lebih moderen mulai dari tata kelola perkandangan dan limbah ternak yang lebih baik sehingga babi-babi ini dan limbah nya tidak mengganggu lingkuan sekitarnya, perkawinan melalui IB (inseminasi buatan) dalam mengatasi kendala pejantan, serta pemeriksaan kesehatan babi terutama pemberian vitamin dan vaksin secara teratur.
Hal ini kedepan kami memohon dari instansi terkait khususnya dinas pertanain dan peternakan baik kabupaten maupun provinsi agar bersedia membina ibu-ibu petani yang tergabung dalam KWT Manik Amertha dalam usaha peternakan babi bali ini, dan jika memungkinkan kondisi keuangan dan keberadaan program bantuan babi agar memberikan sebuah bantuan permodalan dalam peningkatan usaha kecil mereka sehingga mampu mengangkat perekonomian keluarga petani di bali.
Hampir sebagian besar ibu-ibu petani yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Manik Amertha, desa lokapaksa memelihara babi sebagai usaha sampingan dalam membantu perekonomian keluarga mereka.
Hampir sebagian besar Masyarakat bali memiliki minat yang besar dalam mengkonsumsi daging babi, selain dari sisi rasa daging bali yang sangat enak, serta salah satu sumber protein hewani dengan kandungan asam amino esensial yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan protein nabati.
Masyarakat bali banyak menggunakan daging babi selain sebagai panganan juga digunakan dalam kegiatan upacara keagamaan yang ilengkapi dengan guling babi lengkap dengan urutan dan lawar babi, sehingga Pemotongan babi dibali setiap tahunnya mengalami peningkatan sekitar 5,4% pertahun. Dalam hal ini tentu ini merupakan sebuah peluang besar dalam mengembangkan usaha agribisnis ternak babi bali.
Dalam hal usaha peternakan babi di bali sangat diminati mengingat babi memiliki bebrapa kemdahan yakni dengan modal yang relatif kecil dibandingkan usaha peternakan lainya akan mampu menghasilkan anakan babi yang banyak.
Dalam pengelolaan peternakan babi di bali, khususnya di desa kami masih dikelola dengan pola peternakan tradisional dengan skala usaha yang masih kecil alias usaha sampingan para ibu-ibu petani.
Pemberian pakan babi pada umumnya dari limbah pertanian dan industri turunan dari pertanian itu sendiri serta limbah rumah tangga diantaranya : dedak padi (oot), batang pisang, Ampas tahu, nasi aking, umbi-umbian, dedaunan yang di ali disebut dag-dag dan reroban.
Bagi para ibu-ibu petani dibali mengatakan bahwa beternak babi/Celeng ibarat menabung alias mececelengan, mengingat besarnya potensi limbah petanian yang bisa terserap dalam usaha peternaan babi ini.
Dari sisi kendala dalam peternakan babi secara tradisional ini tentu banyak sekali, mulai dari tata kelola kandang yang kurang memadai, limbah ternak babi yang tidak tergarap secara maksimal, sedikitnya jumlah pejantan atau Kaung sehingga kesulitan dalam mengawinkan ternak babi mereka, kesehatan ternak dan lain sebagainya.
kendala-kendala ini sangat mungkin bisa diatasi kedepan dengan pola peternakan yang lebih moderen mulai dari tata kelola perkandangan dan limbah ternak yang lebih baik sehingga babi-babi ini dan limbah nya tidak mengganggu lingkuan sekitarnya, perkawinan melalui IB (inseminasi buatan) dalam mengatasi kendala pejantan, serta pemeriksaan kesehatan babi terutama pemberian vitamin dan vaksin secara teratur.
Hal ini kedepan kami memohon dari instansi terkait khususnya dinas pertanain dan peternakan baik kabupaten maupun provinsi agar bersedia membina ibu-ibu petani yang tergabung dalam KWT Manik Amertha dalam usaha peternakan babi bali ini, dan jika memungkinkan kondisi keuangan dan keberadaan program bantuan babi agar memberikan sebuah bantuan permodalan dalam peningkatan usaha kecil mereka sehingga mampu mengangkat perekonomian keluarga petani di bali.